TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha warteg mulai ancang-ancang menaikkan harga jual jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan pemerintah. Santer beredar kabar pengumuman kenaikan harga BBM dilakukan pemerintah mulai besok, Kamis, 1 September 2022.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan rencana kenaikan bakal membuat pengusaha warteg menyesuaikan harga jualnya. Tapi kata dia, kenaikan masih bisa ditahan jika harga BBM tak naik sampai 20 persen dan harga bahan pangan pokok tak melejit.
"Kalau persentase kenaikan lebih dari 20 persen, tentunya kami Kowantara berat untuk bertahan tidak menaikan harga menu di warteg," kata dia saat dihubungi, Rabu, 31 Agustus 2022.
Mengutip laporan Majalah Tempo, BBM subsidi disinyalir akan dinaikkan di rentang harga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per liter, dari harga Pertalite saat ini Rp 7.650 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter. Artinya, kenaikan harga BBM itu sudah sampai sekitar 39,21 persen.
Kendati begitu, Mukroni menjelaskan, para pelaku usaha tidak akan menaikkan harga menu makanan persis seperti besaran kenaikan BBM bersubsidi itu. Sebab, dengan begitu, bisa-bisa pelanggan tidak ada yang datang.
Dari perhitungannya, kata Mukroni, pengusaha warteg kemungkinan akan menaikkan harga menu makanan yang disuguhkan di bawah 20 persen. "Kisaran kami tidak mungkin menaikan harga di atas 20 persen jika daya beli belum sepenuhnya pulih. Tapi jika bahan pokok naiknya sudah di atas 50 persen, mungkin kita bisa naikkan harga di bawah 20 persen," ujar dia.
Secara umum, Mukroni mengatakan, rencana kenaikan harga BBM ini pasti akan mengerek harga pangan. Sementara itu, kondisi daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19.
Selanjutnya: "Pedagang warteg lebih takut dengan mbok-mbok penjual bahan baku di pasar."